Sunday, January 1, 2017

Pemuda Saleh Yang di Perebutkan Oleh Bidadari Surga


“Dalam kebebasan yang begitu indah bersama Tuhan apalah artinya surga” (Rabi’ah Adawiyah).

Di sudut kota Madinah, tinggallah seorang pemuda bernama Zulaibib. Dikenal sebagai pemuda yang baik di kalangan para sahabat. Juga dalam hal ibadahnya termasuk orang yang rajin dan taat. dari sudut ekonomi dan finansial, ia pun tergolong melarat. Sebagai seorang yang telah dianggap mampu, ia hendak melaksanakan sunnah Rasul yaitu menikah. Beberapa kali ia meminang gadis di kota itu, namun selalu ditolak oleh pihak orang tua ataupun sang gadis dengan berbagai alasan.

Zulaibib kemudian mengutarakan isi hatinya kepada Baginda Nabi. Sambil tersenyum beliau berkata:”Maukah engkau saya nikahkan dengan putri dari kalangan Ansyar? ”

“saya belum berani ya Rasul, putri sahabat itu terkenal akan kecantikan dan kesholihannya, dan hingga kini ayahnya selalu menolak lamaran dari siapapun.”
Tapi hari berikutnya, ketika bertemu dengan Julaibib, Rasulullah menanyakan hal yang sama. “Zulaibib, tidakkah engkau menikah?”. Dan Zulaibib menjawab dengan jawaban yang sama. Begitu, begitu, dan begitu. Tiga kali. Tiga hari berturut-turut.
Dan di hari ketiga itulah, Rasulullah menarik lengan Zulaibib dan membawanya ke salah satu rumah seorang pemimpin Anshar. “Aku ingin menikahkan putri kalian.” kata Rasulullah pada tuan rumahnya.

“Betapa indahnya dan betapa barakahnya rumah kita”, begitu tuan rumah menjawab berseri-seri, mengira bahwa sang Nabilah calon menantunya. ” Ooh.. Ya Rasulullah,ini sungguh akan menjadi cahaya yang menyinari di rumah kami.”

” Bukan untukku, tetapi ku pinang putrimu untuk Zulaibib” jawab Rasulullah.
“Zulaibib?”, sahut pemimpin ansyar tak percaya.
“Ya. Untuk Zulaibib.” Rasulullah menyakinkan.

” Ya Rasulullah”, terdengar helaan nafas panjang. “Saya harus meminta pertimbangan istri dan putri saya tentang hal ini”

“wahai suamiku?’, istrinya berseru, “Bagaimana bisa? Zulaibib berwajah jelek, tak bernasab, tak berkabilah, tak berpangkat, dan tak berharta. Demi Allah tidak. Tidak akan pernah putri kita menikah dengan Zulaibib”

Perdebatan itu tidak berlangsung lama. Dan akhirnya sang putri dari balik tirai berkata anggun, “Siapa yang meminta?”

“Rasulullah wahai putriku” jawab mereka.

“Ayah dan bunda, jika memang ia didatangkan karena permintaan Rasulullah saw, maka terimalah lamarannya, dan aku ikhlas menjadi istrinya. Demi Allah, kirim aku padanya. Dan demi Allah, karena Rasulullah yang meminta, maka tiada akan dia membawa kehancuran dan kerugian bagiku”.

Putri yang shalehah itu lalu membaca sebait ayat: “Dan tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah mereka telah sesat, sesat yang nyata” (QS. Al Ahzab : 36)

Mendengar kata-kata gadis itu Rasulullah dengan tertunduk berdoa untuk gadis shalihah tersebut, ” Ya Allah, limpahkanlah kebaikan atasnya, dalam kelimpahan yang penuh barakah. Jangan Kau jadikan hidupnya susah dan bermasalah..” (Doa yang indah.)

Akhirnya peminpin ansyar dan istrinya menyetujui. pagi itu juga pernikahan diselenggarakan dengan sederhana. Zulebid kemudian memboyong istrinya ke rumahnya.

Sambil memandangi wajah istrinya, ia berkata,” duhai Adinda di wajahmu terlukiskan kecantikan bidadari, apakah ini yang engkau idamkan selama ini? Bahagiakah engkau dengan memilihku menjadi suamimu? dan apakah kita termasuk suatu tanda pasangan surga”

“maksud kakanda..??” istrinya balik bertanya.

” Bukankah syukur dan sabar adalah ciri-ciri yg dirindu suga, aku selalu bersyukur telah mendapatkan istri seperti adinda, dan adinda selalu bersabar telah mendapatkan suami seperti aku”.

Dengan tersipu malu istrinya menyela ” engkau adalah lelaki pilihan rasul yang datang meminangku. Tentu Allah telah menakdirkan yang terbaik darimu untukku. Tak ada kebahagiaan selain menanti tibanya malam ini yang dinantikan para pengantin.”

Zulaibib tersenyum. Dipandanginya wajah indah itu berkali-kali seakan kejadian ini hanyalah mimpi belaka. Tiba-tiba terdengar pintu rumah diketuk. Segera ia bangkit dan membuka pintu. Seorang laki-laki mengabarkan bahwa ada panggilan untuk berkumpul di masjid, panggilan berjihad dalam perang.

Zulaibib masuk kembali masuk rumah dan menemui istrinya. “Duhai istriku yang senyumnya mempesona hingga ke relung jiwa, begitu besar cintaku kepadamu, namun panggilan Allah untuk berjihad melebihi semua kecintaanku padamu. Aku mohon keridhoanmu sebelum keberangkatanku ke medan perang. sekiranya Allah mengetahui semua tujuan jalan hidup kita ini.”

Istrinya menyahut, ” Pergilah wahai suamiku, betapa besar pula kecintaanku kepadamu, namun hak Yang Maha Adil lebih besar kepemilikannya terhadapmu. Doa dan ridhoku menyertaimu”

Zulaibib lalu bersiap dan bergabung bersama tentara muslim menuju ke medan perang. Gagah berani ia mengayunkan pedangnya, berkelebat dan berdesing hingga beberapa musuh pun tewas ditangannya. Ia bertarung merangsek terus maju sambil senantiasa mengumandangkan kalimat Tauhid…tak disangka sebuah anak panah dari arah depan tak sempat dihindarinya. Menancap tepat di dadanya. Zulaibib terjatuh, berusaha menghindari anak panah lainnya yang bertebangan di udara. Ia merasa dadanya mulai sesak, nafasnya tersenggal, pedangnya pun mulai terkulai terlepas dari tangannya. Sambil bersandar di antara tumpukan korban, ia merasa panggilan Allah sudah begitu dekat. Terbayang wajah kedua orangtuanya yang begitu dikasihinya. Berganti bayangan wajah Rasulullah yang begitu dihormati, dijunjung dan dikaguminya. Hingga akhirnya bayangan rupawan istrinya. Istrinya yang baru dinikahinya pagi tadi, belum sempat menikamati malam pertamanya. Senyum yang begitu manis menyertainya tatkala ia berpamitan. Wajah cantik itu demikian sejuk memandangnya sambil mendoakannya. Detik demi detik, syahadat pun terucapkan dari bibir Zulebid. Perlahan-lahan matanya mulai memejam, senyum menghiasinya….Zulebid pergi menghadap Ilahi, gugur sebagai syuhada.

Senja datang..perang sudah usai

Angin mendesah, sepi…

Gemerlap alunan doa mengiris hati..

Rasulullah dan para sahabat mengumpulkan syuhada yang gugur dalam perang. Ketika perang telah usai, Rasulallah Saw bertanya kepada para sahabat: “Siapa diantara sahabat kalian yang sekarang tidak keliatan dan mungkin menjadi syahid?” Para sahabat pun menyebutkan beberapa nama, tetapi tidak menyebut nama Zulaibib karena dia belum banyak dikenal.” Sepertinya kalian kehilangan seseorang?” Tanya Rasulullah.

“Tidak Ya Rasulullah!”, jawab para sahabat .

“Sepertinya kalian kehilangan seseorang?”, Rasul bertanya lagi. Kali ini lebih tegas lagi.

“Tidak Ya Rasulullah!”. sebagian menjawab dengan terbata-bata dan tak seyakin tadi. Beberapa sahabat menengok ke kiri dan ke kanan.
Rasulullah menghela nafasnya. “Sepertinya aku justru kehilangan Zulaibiib, marilah kita bersama mencarinya!”

Maka para sahabat sadar dan mereka pun mencarinya, ternyata mereka menjumpainya dalam keadaan telah gugur. sedang di sebelahnya terdapat tujuh mayat musuh yang berhasil di bunuhnya sebelum dia gugur semoga Allah SWT melimpahkan ridha-NYA kepada Zulaibib

Rasulullah mengusap tanah dari wajah dan mencium serta menangis dan bersbda: “engkau adalah bagian dariku dan aku bagian darimu”.( HR.muslim dan Ahmad)”

Rasulullah tertunduk di samping jasad Zulaibib. Para sahabat terdiam membisu. Sejenak kemudian terdengar suara Rasulullah seperti kmbali menahan isak tangis. Air mata berlinang di dari pelupuk mata beliau kemudian beliau seolah-olah menengadah ke atas sambil tersenyum. Wajah beliau berubah menjadi cerah. Belum hilang keheranan shahabat, tiba-tiba Rasulullah menolehkan pandangannya ke samping seraya menutupkan tangan menghalangi arah pandangan mata beliau. Para shahabat lalu bertanya-tanya, ada apa dengan Rasulullah.

” Wahai Rasulullah, mengapa engkau menanigis ketika melihat jasad Zulaibib?
Jawab Rasulullah “Aku menangis karena mengingat Zulaibib. Oo.. Zulaibib, pagi tadi engkau datang kepadaku minta restuku untuk menikah dan engkau pun menikah hari ini juga. Ini hari bahagia. Seharusnya saat ini Engkau sedang menantikan malam pertama, malam yang ditunggu oleh para pengantin.”

“Lalu mengapa kemudian Engkau menengadah dan tersenyum?” Tanya sahabat lagi.

“Aku menengadah karena kulihat beberapa bidadari turun dari langit dan udara menjadi wangi semerbak dan aku tersenyum karena mereka datang hendak menjemput Zulaibib,” Jawab Rasulullah.

“Dan lalu mengapa kemudian Engkau memalingkan pandangannya dan menoleh ke samping?” Tanya mereka lagi.

“Aku mengalihkan pandangan menghindar karena sebelumnya kulihat, saking banyaknya bidadari yang menjemput Zulaibib, beberapa diantaranya berebut memegangi tangan dan kaki Zulaibib. Hingga dari salah satu gaun dari bidadari tersebut ada yang sedikit tersingkap betisnya…”

Tapi jauh sekali dari tempat itu, di atas tanah yang berbeda dan di dalam udara yang tak sama, sebuah lampu di teras menyala. Sebuah halaman kamar seorang wanita duduk ditemani bunga-bunga di sekelilingnya. Dengan menyandarkan punggung di tiang beranda, istri Zulaibib menanti sang suami yang tak kunjung datang. Ketika terdengar kabar suaminya telah menghadap sang ilahi Rabbi, Pencipta Segala Maha Rasa.

Malam menjelang… Terlelap ia, sejenak berada dalam keadaan setengah mimpi dan dan nyata. Lambat-laun ia seperti melihat Zulaibib datang dari kejauhan. Tersenyum, namun wajahnya menyiratkan kesedihan.

Terdengar Zulaibib berkata, “Istriku, aku baik-baik saja. Aku menunggumu disini. Engkaulah bidadari sejatiku. Semua bidadari disini bila aku menyebut namamu akan mengguman cemburu padamu…dan kan kubiarkan engkau yang tercantik di hatiku..”.

Istri Zulaibib, terdiam. Tak lama setelah itu, matanya mulai berkaca-kaca dan airmata kasih yang teramat dalam itupun segeralah tumpah. Ada sesuatu yang mengingang disana.. Sepertinya tak ingin lepas ia dari mengingat acara pernikahan tadi pagi.. Dan bayangan suaminya yang baru saja hadir.. Ia menggerakkan bibirnya..

Tak lama, mengalirlah sebuah doa yang terdengar sayup dan lembut. Suara yang teramat pilu menembus, menusuk hingga ke dinding hati.

“Suamiku doaku selalu menyertaimu, aku sangat mencintaimu… dan dengan semua ketentuan Allah ini bagi kita.. aku ikhlas….”

Ainul Mardhiah Sang Bidadari Tercantik Di Surga Firdaus


Suatu pagi hari di bulan Ramadhan, Baginda Nabi SAW sedang memberikan targhib (semangat untuk berjihad) kepada pasukan Islam. Nabi pun bersabda, “Sesungguhnya orang yang mati syahid karena Allah, maka Allah akan menganugerahkannya Ainul Mardhiah, bidadari paling cantik di surga firdaus”. Salah satu sahabat yang masih muda yang mendengar cerita itu menjadi penasaran. Namun, karena malu kepada Nabi dan sahabat-sahabat lain, sahabat ini tidak jadi mencari tahu lebih dalam mengenai Ainul Mardhiah.

Waktu Zhuhur pun tinggal sebentar lagi, sesuai sunah Rasul, para sahabat dipersilakan untuk tidur sejenak sebelum pergi berperang. Bersama kafilah perangnya pun sahabat yang satu ini tidur terlelap dan sampai bermimpi.
Di dalam mimpinya tersebut, dia berada di tempat yang sangat indah yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Dia pun bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Ia pun bertanya kepada wanita tersebut, “Di manakah ini?”, “Inilah surga firdaus.”, jawab wanita itu. Kemudian sahabat ini bertanya lagi, “Apakah Anda adalah Ainul Mardhiah?”, “Bukan, saya bukan Ainul Mardhiah. Kalau Anda ingin bertemu dengan Ainul Mardhiah, dia sedang beristirahat di bawah pohon yang rindang itu.” jawabnya lagi.

Didapatinya oleh sahabat itu seorang wanita yang kecantikannya berkali-kali lipat dari wanita pertama yang ia lihat dan ia pun bertanya, “Apakah Anda Ainul Mardhiah?”, “Bukan saya ini penjaganya. Kalau Anda ingin bertemu dengannya, maka di sanalah singgasananya”.

Lalu sahabat ini pun pergi ke singgasana tersebut dan sampailah ke suatu mahligai. Didapatinya seorang wanita yang kecantikannya berlipat-lipat dari wanita sebelumnya yang sedang mengelap-ngelap perhiasan. Sahabat ini pun memberanikan diri untuk bertanya, “Apakah Anda Ainul Mardhiah?”, wanita itu pun menjaba, “Bukan, saya bukan Ainul Mardhiah. Saya penjaganya di mahligai ini. Jika Anda ingin menemuinya, temuilah ia di mahligai itu”.

Pemuda itu pun beranjak dan sampailah ke mahligai yang ditunjukkan. Didapatinya seorang wanita yang kecantikannya berlipat-lipat dari wanita sebelumnya dan sangat pemalu. Pemuda itu pun bertanya, “Apakah Anda Ainul Mardhiah?”, “Ya, benar saya Ainul Mardhiah” jawab wanita tersebut.
Pemuda itu pun berusaha mendekat, tetapi Ainul Mardhiah menghindar dan berkata, “Anda bukanlah seorang yang mati syahid.”

Seketika itu juga pemuda itu terbangun dari mimpinya. Dia pun menceritakan ceritanya ini kepada seorang sahabat kepercayaannya yang dimohonkan untuk merahasiakannya sampai ia mati syahid.

Komando jihad pun menggelora. Sahabat ini pun dengan semangatnya berjihad untuk dapat bertemu dengan Ainul Mardhiah, sehingga ia pun akhirnya mati syahid.


Di petang hari ketika buka puasa, sahabat kepercayaan ini menceritakan mimpi sahabat yang mati syahid ini kepada Nabi. Nabi pun membenarkan mimpi sahabat muda ini dan Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sekarang ia bahagia bersama Ainul Mardhiah”.

Wednesday, December 14, 2016

Pemuda Penghafal Al-Quran & Bidadari Surga Al-Houri


Syaikh Dr. Sa’id bin Mufsir, seorang juru dakwah yang cukup terkenal di Saudi Arabia. Semoga Allah melindunginya, dalam satu kasetnya tentang surga, telah bercerita dari sejumlah orang yang tsiqah bahwa seorang pemuda yang berusia 16 tahun hafal Al Quran dan membiasakan diri pergi ke masjid. Suatu hari ia jatuh sakit sampai meninggal dunia, setelah dirawat oleh pamannya. Pamannya yang semalaman tidak tidur karena menungguinya, menutupi jenazah keponakannya itu.

Ketika datang waktu zhuhur, ia memanggil orang-orang untuk mengurus jenazahnya. Karena lelah, sang paman tertidur, lalu bermimpi melihat seorang wanita memasuki kamar bersama serombongan wanita lain yang kejelitaanya belum pernah ia lihat. Wanita itu berkata, “Aku meminta kepada engkau karena Allah, untuk turut memandikan pemuda itu.” Paman si pemuda itu bertanya, “Siapa engkau? Dan siapa wanita-wanita itu?”

Wanita itu menjawab, “Kami adalah bidadari surga. Semenjak ia meninggalkan dunia, kami menunggunya dalam suasana yang lebih panas dari bara (tidak sabar). Sementara engkau malah tidur, tidak turut memandikan. Kami meminta kepada engkau karena Allah SWT , bangunlah engkau dan mandikanlah dia, lalu kuburkanlah.” Pamannya berkata, akupun bangun.

Ternyata di kamarnya kudapati semerbak harum yang keharumannya belum pernah kutemukan sepertinya. Aku keluar menemui orang-orang untuk segera memandikannya. Ketika masuk kamar, mereka berkata, aroma harum apakah ini? Kita belum pernah mencium wewangian seperti ini!’. Sang paman menukas, “Ini adalah aroma harumnya bidadari surga Al-Houri.” Ia lantas menceritakan pengalamannya. Semoga Allah SWT merahmati dia dan kita semua.

Friday, December 9, 2016

Salat Malam Maharnya Bidadari Surga Al-Houri


Bisa berjumpa dengan bidadari surga yaitu Al-Houri adalah karunia ilahi. Hanya orang-orang pilihan yang diberi kelebihan ini. Beruntung nian orang yang mendapatkan kemuliaan bertemu bidadari. Di antara mereka adalah Abu Sulaiman Ad-Darani.
Abu Sulaiman Ad-Darani adalah seorang tabi’in yang menjadikan salat tahajud sebagai mahar bidadari surga. Acapkali ia mendapatkan kenikmatan luar biasa tatkala berkhalwat dengan Allah SWT. Kelezatan munajat itu melahirkan sebuah kebahagiaan dan ketenangan batin yang merupakan puncak segala kebahagiaan.

Sehingga pengalaman spiritualnya ini membuahkan kata-kata yang memiliki ruh spirit iman yang akan selalu menghiasi referensi-referensi tentang indahnya qiyamullail (salat malam). Katanya, “Sungguh kenikmatan yang dirasakan orang yang bermunajat di kegelapan malam jauh lebih lezat dari pada kesenangan yang didapatkan oleh orang yang suka bercanda dan berhura-hura.”

Hingga pada suatu malam, ia bertemu dengan makhluk yang diimpikannya, bidadari surga yang bermata jeli. Ia menuturkan kisahnya, “Ketika aku sedang sujud dalam qiyamul lail, kantuk menyerangku hingga aku tertidur. Tiba-tiba ada bidadari datang yang menggerakkan kakinya untuk membangunkanku sembari berkata menegur, “Duhai kekasihku…., apakah kedua matamu bisa terpejam padahal Sang Raja, Allah Ta’ala tidak pernah tidur untuk melihat orang-orang yang bertahajud di malam hari ? Alangkah jeleknya mata yang lebih mementingkan tidur dari pada lezatnya bermunajat kepada Dzat yang Maha Perkasa. Bangunlah. Sungguh kematian sudah dekat dan orang yang bercinta bersua dengan orang yang dicinta. Lantas, apa makna tidurmu ini ?”

Bidadari itu melanjutkan kata-katanya, “Duhai kekasihku…., Duhai sayangku….,Duhai permata hatiku…..,Apakah kedua matamu tidur padahal aku selalu menantimu di tempat pingitanku selama 500 tahun lamanya ?”

Mendengar teguran seperti itu, Abu Sulaiman Ad-Darani bangun dengan bermandikan keringat dingin karena malu. Namun tutur kata bidadari yang indah nan manis selalu terkenang dan terekam kuat dalam pendengaran dan hatinya, “Duhai kekasihku…., duhai sayangku….duhai permata hatiku….” Kata-kata itu terasa indah dan nikmat bagi orang yang mendengar dari kekasihnya, apalagi dari bidadari surga.

Sunday, December 4, 2016

Pemuda Saleh dan Setan Pengantar Lampu Yang Baik Hati


Pada suatu hari, seorang pemuda bangun pagi-pagi buta untuk melaksanakan sholat Subuh berjamaah di Masjid. Setelah membersihkan diri dan mengenakan pakaiannya, kemudian dia berangkat ke masjid.
Dalam perjalanannya ke masjid, di tengah jalanan yang gelap dan hawa yang dingin menusuk tulang, tanpa disadari pemuda tersebut terjatuh ke dalam genangan air. Dan pakaiannya menjadi kotor.
Karena merasa bajunya basah dan kotor, ia segera bangun dari genangan air tersebut dan membersihkan diri sekenanya, lalu kembali pulang. Sesampainya di rumah, dia kembali membersihkan badannya dan mengganti pakaiannya, lalu berangkat kembali ke masjid.
Dalam perjalanannya kembali ke masjid, karena jalanan begitu gelap, pemuda itu kembali terjatuh untuk kedua kalinya di tempat yang sama. Lalu dia bangun, membersihkan diri, dan pulang kembali.
Sesampainya di rumah, sekali lagi, dia mengganti pakaiannya, lalu berangkat ke masjid. Dalam perjalanan kembali ke masjid, dia bertemu seorang pria yang membawa lampu di jalan yang dilaluinya.
Dia bertanya pada si pembawa lampu, dari mana dia. Dijawabnya, "Aku melihatmu terjatuh dua kali dalam perjalananmu ke masjid. Jadi aku membawakan lampu untuk menerangi jalanmu."
Pemuda itu mengucapkan terimakasih banyak pada si pembawa lampu. Lalu keduanya berjalan bersama ke masjid. Setibanya di masjid, pemuda itu mengajak si pembawa lampu untuk sholat berjamaah dengannya. Tapi dia menolaknya.
Pemuda itu terus mengajaknya beberapa kali lagi, dan jawabannya tetap sama. Dia menolaknya. Akhirnya pemuda itu bertanya mengapa dia tidak mau sholat bersamanya.
Si pembawa lampu menjawab, "Aku adalah setan".
Pemuda itu terkejut mendengar jawabannya. Setan itu kemudian melanjutkan, "Aku melihatmu menuju ke masjid dan akulah yang membuatmu terjatuh."
Lalu dia melanjutkan, " Ketika kau pulang, membersihkan diri dan berangkat kembali ke masjid, Allah SWT mengampuni semua dosa-dosamu."
"Lalu aku menjatuhkanmu sekali lagi, tapi kau tidak tinggal di rumah, dan tetap berangkat kembali ke masjid.
Karena itu, Tuhan Semesta Alam mengampuni semua dosa orang-orang di rumah tanggamu."
"Aku khawatir jika aku menjatuhkanmu lagi, Tuhan akan mengampuni dosa orang-orang di kampungmu.
Jadi aku memastikan kau sampai masjid tanpa terjatuh. "

Sunday, November 6, 2016

Kisah Ular Dari Gua Tsur Yang Rindu Bertemu Dengan Nabi Muhammad SAW


Kecintaan dan getar hati Abu Bakar. Ketika Rasulullah harus hijrah ke Madinah. Beliau mengajak Sayidina Abu Bakar, orang yang sangat dekat dengan Beliau untuk menjadi pendamping dalam perjalanan menuju ke Madinah. Sayidinia Abu Bakar dengan penuh adab yang bersungguh, kata kuncinya dengan "Penuh Adab yang Bersungguh", di ajak ke Madinah. Harusnya dari kediaman Beliau berjalannya adalah ke Utara, karena Madinah secara geografis terletak di Utara dari Mekah, tetapi Rasulullah berjalan menuju ke Tenggara
Sayyidina Abu Bakar tidak bertanya, Beliau ikut saja apa yang dibuat oleh Rasulullah, karena di hati Beliau ada "cinta" dan "percaya" dan sesuatu yang tidak lagi perlu tawar-menawar. Rasulullah Al Amin,tidak pernah keluar dari lidah Beliau sesuatu yang tidak patut tidak dipercaya. Pribadinya penuh pancaran kecintaan. Mencintai dan sangat pantas dicintai. Pribadinya begitu rupa menimbulkan kerinduan
Nabi Muhammad SAW berjalan. Sayidina Abu Bakar mengikuti. Ketika akan sampai, 8 km dari arah Masjidil Haram, baru Sayidina Abu Bakar sadar. Mau istirahat ke Gua Tsur, karena sudah mendekati Gunung Tsur. Sebelum Nabi Muhammad SAW memasuki gua, Abu Bakar dengan sigapnya mengecek dan menutup lubang-lubang yang ada di gua guna terhindar dari binatang buas.
Di dalam gua, mereka sepakat untuk bergantian berjaga. Dalam tidurnya, Nabi Muhammad SAW melabuhkan kepalanya di pangkuan sang sahabat. Di dalam gua yang dingin dan remang-remang,tiba-tiba seekor ular mendesis keluar dari salah satu lubang yang belum ditutup oleh Abu Bakar.Abu Bakar r.a menatapnya waspada, ingin sekali ia menarik kedua kakinya untuk menjauh dari hewan berbisa ini. Namun, keinginan itu dienyahkannya dari benak, tak ingin ia mengganggu tidur Rasulullah SAW. Bagaimana mungkin, ia tega membangunkan kekasih Allah SWT itu.
Abu Bakar r.a menutup lubang itu dengan salah satu kakinya.lalu ular itu menggigit pergelangan kakinya, tapi kakinya tetap saja tak bergerak sedikitpun Dalam hening, sekujur tubuh Abu Bakar r.a terasa panas, ketika bisa ular menjalar cepat di dalam darahnya. Abu Bakar r.a tak kuasa menahan isak tangis ketika rasa sakit itu tak tertahankan lagi. Tanpa sengaja, air matanya menetes mengenai pipi Rasulullah saw yang tengah berbaring.
Rasulullah saw terbangun dan berkata, "Wahai hamba Allah, apakah engkau menangis karena menyesal mengikuti perjalanan ini?" "Tentu saja tidak, saya ridha dan ikhlas mengikutimu kemana pun," jawab Abu Bakar r.a. "Lalu mengapakah, engkau meluruhkan air mata?" bertanya Rasulullah SAW dengan bersahaja. "Seekor ular, baru saja menggigit saya, wahai Rasulullah SAW, dan bisanya menjalar begitu cepat ke dalam tubuhku.
Lalu Nabi Muhammad SAW berbicara kepada sang ular itu " Wahai ular Tahu nggak Kamu? Jangankan daging, atau kulit Abu Bakar, rambut Abu Bakar pun haram Kamu makan?"
Dialog Rasulullah dengan sang Ular itu didengar pula oleh Abu Bakar as-Shidiq, berkat mukjizat Beliau.
"Ya hamba mengerti Ya Rasulullah SAW, bahkan sejak ribuan tahun yang lalu ketika Allah SWT mengatakan 'Barang siapa memandang kekasih-Ku, Muhammad, fi ainil mahabbah atau dengan mata kecintaan. Aku anggap cukup untuk menggelar dia ke surga firdaus," kata sang ular.
"Ya Rabb, beri aku kesempatan yang begitu cemerlang dan indah. "Aku (ular) ingin memandang wajah kekasih-Mu fi ainal mahabbah," lanjut sang ular.
Apa kata Allah SWT Tuhan Semesta Alam?
"Silakan pergi ke gua Tsur, tunggu disana, kekasihKu akan datang pada waktunya,' jawab Allah SWT
"Ribuan tahun aku menunggu disini. Aku digodok oleh kerinduan untuk jumpa Engkau, Muhammad. Tapi sekarang ditutup oleh kaki Abu Bakar, maka kugigitlah dia. Aku tidak ada urusan dengan Abu Bakar, aku ingin ketemu Engkau, Wahai Nabi Muhammad SAW. "Jawab sang Ular
"Lihatlah ini. Lihatlah wajahku," kata Rasulullah SAW. Dan sang ular dari gua Tsurpun memandang wajah Nabi Muhammad SAW penuh dengan rasa cinta dan rindu.
Selanjutnya tanpa menunggu waktu, dengan penuh kasih sayang, Rasulullah meraih pergelangan kaki Abu Bakar r.a. Dengan mengagungkan nama Allah SWT Sang pencipta semesta, Nabi Muhammad SAW mengusap bekas gigitan itu dengan ludahnya. Maha suci Allah SWT, seketika rasa sakit itu hilang tak berbekas.
Gua Tsur kembali ditelan senyap. Kini giliran Abu Bakar r.a yang beristirahat dan Rasulullah saw berjaga. Dan, Abu Bakar r.a menggeleng kuat-kuat ketika Rasulullah SAW menawarkan pangkuannya untuk beristirahat. Tak akan rela, dirinya membebani pangkuan penuh berkah itu.....

Selamat Datang Di Blog Dongeng Islami


Selamat Datang Di Blog Dongengislami.blogspot.com

Blog tentang kisah dan dongeng islami yang dapat menghibur jiwa dan menambah wawasan pengetahuan yang islami.