Wednesday, December 14, 2016

Pemuda Penghafal Al-Quran & Bidadari Surga Al-Houri


Syaikh Dr. Sa’id bin Mufsir, seorang juru dakwah yang cukup terkenal di Saudi Arabia. Semoga Allah melindunginya, dalam satu kasetnya tentang surga, telah bercerita dari sejumlah orang yang tsiqah bahwa seorang pemuda yang berusia 16 tahun hafal Al Quran dan membiasakan diri pergi ke masjid. Suatu hari ia jatuh sakit sampai meninggal dunia, setelah dirawat oleh pamannya. Pamannya yang semalaman tidak tidur karena menungguinya, menutupi jenazah keponakannya itu.

Ketika datang waktu zhuhur, ia memanggil orang-orang untuk mengurus jenazahnya. Karena lelah, sang paman tertidur, lalu bermimpi melihat seorang wanita memasuki kamar bersama serombongan wanita lain yang kejelitaanya belum pernah ia lihat. Wanita itu berkata, “Aku meminta kepada engkau karena Allah, untuk turut memandikan pemuda itu.” Paman si pemuda itu bertanya, “Siapa engkau? Dan siapa wanita-wanita itu?”

Wanita itu menjawab, “Kami adalah bidadari surga. Semenjak ia meninggalkan dunia, kami menunggunya dalam suasana yang lebih panas dari bara (tidak sabar). Sementara engkau malah tidur, tidak turut memandikan. Kami meminta kepada engkau karena Allah SWT , bangunlah engkau dan mandikanlah dia, lalu kuburkanlah.” Pamannya berkata, akupun bangun.

Ternyata di kamarnya kudapati semerbak harum yang keharumannya belum pernah kutemukan sepertinya. Aku keluar menemui orang-orang untuk segera memandikannya. Ketika masuk kamar, mereka berkata, aroma harum apakah ini? Kita belum pernah mencium wewangian seperti ini!’. Sang paman menukas, “Ini adalah aroma harumnya bidadari surga Al-Houri.” Ia lantas menceritakan pengalamannya. Semoga Allah SWT merahmati dia dan kita semua.

Friday, December 9, 2016

Salat Malam Maharnya Bidadari Surga Al-Houri


Bisa berjumpa dengan bidadari surga yaitu Al-Houri adalah karunia ilahi. Hanya orang-orang pilihan yang diberi kelebihan ini. Beruntung nian orang yang mendapatkan kemuliaan bertemu bidadari. Di antara mereka adalah Abu Sulaiman Ad-Darani.
Abu Sulaiman Ad-Darani adalah seorang tabi’in yang menjadikan salat tahajud sebagai mahar bidadari surga. Acapkali ia mendapatkan kenikmatan luar biasa tatkala berkhalwat dengan Allah SWT. Kelezatan munajat itu melahirkan sebuah kebahagiaan dan ketenangan batin yang merupakan puncak segala kebahagiaan.

Sehingga pengalaman spiritualnya ini membuahkan kata-kata yang memiliki ruh spirit iman yang akan selalu menghiasi referensi-referensi tentang indahnya qiyamullail (salat malam). Katanya, “Sungguh kenikmatan yang dirasakan orang yang bermunajat di kegelapan malam jauh lebih lezat dari pada kesenangan yang didapatkan oleh orang yang suka bercanda dan berhura-hura.”

Hingga pada suatu malam, ia bertemu dengan makhluk yang diimpikannya, bidadari surga yang bermata jeli. Ia menuturkan kisahnya, “Ketika aku sedang sujud dalam qiyamul lail, kantuk menyerangku hingga aku tertidur. Tiba-tiba ada bidadari datang yang menggerakkan kakinya untuk membangunkanku sembari berkata menegur, “Duhai kekasihku…., apakah kedua matamu bisa terpejam padahal Sang Raja, Allah Ta’ala tidak pernah tidur untuk melihat orang-orang yang bertahajud di malam hari ? Alangkah jeleknya mata yang lebih mementingkan tidur dari pada lezatnya bermunajat kepada Dzat yang Maha Perkasa. Bangunlah. Sungguh kematian sudah dekat dan orang yang bercinta bersua dengan orang yang dicinta. Lantas, apa makna tidurmu ini ?”

Bidadari itu melanjutkan kata-katanya, “Duhai kekasihku…., Duhai sayangku….,Duhai permata hatiku…..,Apakah kedua matamu tidur padahal aku selalu menantimu di tempat pingitanku selama 500 tahun lamanya ?”

Mendengar teguran seperti itu, Abu Sulaiman Ad-Darani bangun dengan bermandikan keringat dingin karena malu. Namun tutur kata bidadari yang indah nan manis selalu terkenang dan terekam kuat dalam pendengaran dan hatinya, “Duhai kekasihku…., duhai sayangku….duhai permata hatiku….” Kata-kata itu terasa indah dan nikmat bagi orang yang mendengar dari kekasihnya, apalagi dari bidadari surga.

Sunday, December 4, 2016

Pemuda Saleh dan Setan Pengantar Lampu Yang Baik Hati


Pada suatu hari, seorang pemuda bangun pagi-pagi buta untuk melaksanakan sholat Subuh berjamaah di Masjid. Setelah membersihkan diri dan mengenakan pakaiannya, kemudian dia berangkat ke masjid.
Dalam perjalanannya ke masjid, di tengah jalanan yang gelap dan hawa yang dingin menusuk tulang, tanpa disadari pemuda tersebut terjatuh ke dalam genangan air. Dan pakaiannya menjadi kotor.
Karena merasa bajunya basah dan kotor, ia segera bangun dari genangan air tersebut dan membersihkan diri sekenanya, lalu kembali pulang. Sesampainya di rumah, dia kembali membersihkan badannya dan mengganti pakaiannya, lalu berangkat kembali ke masjid.
Dalam perjalanannya kembali ke masjid, karena jalanan begitu gelap, pemuda itu kembali terjatuh untuk kedua kalinya di tempat yang sama. Lalu dia bangun, membersihkan diri, dan pulang kembali.
Sesampainya di rumah, sekali lagi, dia mengganti pakaiannya, lalu berangkat ke masjid. Dalam perjalanan kembali ke masjid, dia bertemu seorang pria yang membawa lampu di jalan yang dilaluinya.
Dia bertanya pada si pembawa lampu, dari mana dia. Dijawabnya, "Aku melihatmu terjatuh dua kali dalam perjalananmu ke masjid. Jadi aku membawakan lampu untuk menerangi jalanmu."
Pemuda itu mengucapkan terimakasih banyak pada si pembawa lampu. Lalu keduanya berjalan bersama ke masjid. Setibanya di masjid, pemuda itu mengajak si pembawa lampu untuk sholat berjamaah dengannya. Tapi dia menolaknya.
Pemuda itu terus mengajaknya beberapa kali lagi, dan jawabannya tetap sama. Dia menolaknya. Akhirnya pemuda itu bertanya mengapa dia tidak mau sholat bersamanya.
Si pembawa lampu menjawab, "Aku adalah setan".
Pemuda itu terkejut mendengar jawabannya. Setan itu kemudian melanjutkan, "Aku melihatmu menuju ke masjid dan akulah yang membuatmu terjatuh."
Lalu dia melanjutkan, " Ketika kau pulang, membersihkan diri dan berangkat kembali ke masjid, Allah SWT mengampuni semua dosa-dosamu."
"Lalu aku menjatuhkanmu sekali lagi, tapi kau tidak tinggal di rumah, dan tetap berangkat kembali ke masjid.
Karena itu, Tuhan Semesta Alam mengampuni semua dosa orang-orang di rumah tanggamu."
"Aku khawatir jika aku menjatuhkanmu lagi, Tuhan akan mengampuni dosa orang-orang di kampungmu.
Jadi aku memastikan kau sampai masjid tanpa terjatuh. "